Surabaya – Institusi pendidikan harus terus meningkatkan kualitas pembelajarannya. Tentunya harus didukung keteladanan keluarga, lingkungan masyarakat yang kondusif serta tayangan media yang mencerdaskan. Hal ini menjadi salah satu bahasan yang mengemuka dalam acara Focus Group Discussion (FGD) terkait Kualitas Program Siaran Televisi. Kegiatan ini sebagai awal pelaksanaan survei kualitas siaran televisi yang di inisiasi oleh Komisi Penyiaran Indonesia-KPI Pusat bekerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Acara FGD yang berlangsung selama dua hari mulai Jumat (4/5) hingga Sabtu (5/5) lalu di Hotel Bumi Surabaya. Acara yang dibuka oleh Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono., M.S ini mengapresiasi dan terimakasihnya kepa da KPI Pusat.“KPI sudah mempercayakan Unesa sebagai salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur untuk melaksanakan survei indeks kualitas siaran televisi tahun 2018,” ujar Prof Warsono dalam rilisnya kepada Duta, Senin (7/5).
Forum diskusi tersebut selain melibatkan para panel ahli dari program studi Ilmu Komunikasi Unesa, juga dihadiri kalangan akademisi dari Universitas Airlangga, STIKOSA-AWS Surabaya, Pengurus Aisyiyah Jatim, serta Dewan Pendidikan Kota Surabaya.
Sementara itu Komisioner KPI Pusat Nuning Rodiyah mengatakan bahwa survei indeks kualitas siaran televisi yang dilakukan KPI Pusat dengan menggandeng 12 Perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia. Ini merupakan alternatif evaluasi yang bisa dijadikan sebagai masukan untuk industri media penyiaran agar media tidak hanya sekedar berbicara tentang rating tetapi juga mengutamakan kualitas tayangan.
Survei dilaksanakan dengan mengambil responden di beberapa kota besar di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makasar. Saat ini acara televisi yang memiliki rating tertinggi adalah sinetron sedangkan televisi yang menyiarkan program berita justru mendapatkan share yang sangat kecil. “Ini tentu menjadi perhatian banyak pihak termasuk pentingnya menggali masukan dari para ahli dan responden tentang kualitas program tayangan,” kata Nuning.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Drs. Martadi., M.Sn yang juga menjadi tim panel ahli dalam FGD tersebut menyampaikan media televisi kini sudah menjadi bagian dari ’Catur Pilar Pendidikan’ selain sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tayangan media begitu kuat mempengaruhi perilaku anak-anak. Hal ini bisa dicermati dari perilaku mereka, cara berbicara yang jauh dari etika, cara berpakaian dan pilihan figur idola yang jauh dari kriteria ideal. Hal itu merefleksikan apa yang ada dalam tayangan media TV. “Bagaimana anak bisa tumbuh berkembang dengan baik jika para orang tua khususnya ibu-ibu setiap hari menonton sinetron,” ujar Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Unesa tersebut.
Hampir 70% tayangan televisi dominan bersifat viceral (dunia mistik, infotainment gosip, dan sinetron), akan memunculkan perilaku budaya ‘snobisme’, sikap kepura-puraan, dan enggan bernalar.
Forum ini menyepakati pentingnya literasi media tidak hanya kepada audiens tetapi juga kepada industri media. Karena media sebagai produsen program siaran mengingat peran penting media yang begitu besar pengaruhnya dalam membentuk perilaku penonton. (duta.co)