WAJAH KITA DI CERMIN PENYIARAN
Oleh Aswar Hasan (Komisioner KPI Pusat)
Mau tahu bagaimana wajah masyarakat dan negara Republik Indonesia? Tontonlah televisi kita, maka anda akan mendapatkan gambaran apa dan bagaimana wajah kita sebagai bangsa. Betapa tidak, karena kata para ahli, kalau mau tahu watak kepribadian sebuah bangsa, maka tontonlah media penyiarannya, saksikan filmnya, dan baca novelnya niscaya engkau akan mudah secara cepat mengetahui bangsa itu.
Kita bisa menilai tampilan media penyiaran dari beberapa aspek, yaitu; Pertama, penyiaran sekadar memotret (memberitakan) apa yang terjadi di masyarakatnya baik atau jelek, tanpa harus memanipulasinya dengan cara membaik-baikkan atau menjelek-jelekkan potret masyarakat yang sesungguhnya. Kedua, media penyiaran menjadi model guidance (petunjuk model) bagi masyarakatnya dalam berbangsa dan bernegara. Tidak hanya sekadar memberitakan apa yang terjadi di masyarakat atau di dalam pemerintahan negara, tetapi bagaimana juga membimbing masyarakatnya, secara konstruktif dengan cara yang benar, tanpa memutarbalikkan fakta kejadian yang sebenarnya. Ketiga, menjadi alat provokasi propaganda untuk kepentingan politik atau komodifikasi kapitalisme industri media. Media menjadi alat kekuasaan politik atau menjadi alat kapitalisasi industri, demi menumpuk keuntungan sebesar-besarnya. Tak perduli apa pun dan siapa pun yang menjadi korbannya. Hukum pasar (persaingan bebas untuk untung, menang dan eksis) menjadi aturannya.
Pembaca budiman, tentu pernah atau kerap menonton acara di televisi kita. Adalah fakta bahwa media penyiaran kita masih kerap menayangkan konten gossip terkait kehidupan selebritis dan politisi, sensasi social drama yang sarat sensasi dalam settingan, dan negative news yang banyak memerkaya perbincangan masyarakat kita di warung kopi, di pasar-pasar dan di pesta-pesta.
Maka pertanyaan pentingnya, adalah apakah waktu dan energi yang telah anda investasikan dengan menonton TV kita itu, berbanding lurus dengan mamfaat yang telah anda peroleh? Apakah anda tidak merasa dieksploitasi dan tidak mendapatkan hak untuk megetahui apa sesungguhnya yang terjadi dan bagaimana seharusnya kita bersikap dan bertindak atas apa yang telah dan sedang terjadi di sekitar kita?
Sesungguhnya, kita sebagai penonton TV atau media penyiaran di tanah air Republik Indonesia, adalah laksana pemilik saham secara bersama dengan seluruh rakyat Indonesia. Betapa tidak, karena frekuensi yang mereka pakai dalam bersiaran, adalah milik publik yang dipinjampakaikan kepeda segenap stasiun penyiaran TV atau pun radio untuk bersiaran. Untuk itu, negara, dalam hal ini pemerintah bersama lembaga negara Komisi Penyiaran mewakili kepentingan kita sebagai Warga Negara di Republik ini. Dengan demikian, kepentingan kita untuk menjadi bangsa yang baik, dan ingin maju secara bermartabat, selayaknya tercermin di layar kaca penyiaran kita. Jika hak kita tersebut tidak terpenuhi, maka selayaknya TV yang anda tonton itu, sebaiknya dimatikan saja.
*) Tulisan tsb pernah dimuat di majalah Lion Mag