Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano.

Jakarta – Penyiaran merupakan salah satu jendela informasi yang dapat diakses oleh masyarakat desa, khususnya pemuda untuk mendapatkan inspirasi dalam membangun desa. Pemuda desa harus mampu mengoptimalkan kemampuan diri dan kreativitas sehingga bisa mengangkat potensi yang ada di desanya ke dalam bentuk publikasi atau konten menarik.

“Pemuda desa harus mampu melakukan eksplorasi terhadap potensi desanya, lalu menjadikan potensi itu sebagai komoditas agar dapat memiliki nilai tambah. Kemudian mempublikasikan agar dikenal secara luas. Namun jangan sampai membuat desa menjadi sekedar subordinat kota. Oleh sebab itu pembangunan desa harus didasarkan pada rasa percaya diri masyarakat, khususnya pemuda, serta tidak meninggalkan norma lokal dan tetap mempertahankan kapasitas subsistence desa,” tutur Komisioner KPI Pusat, Hardly Stefano, dalam acara Rembug Pemuda Indonesia dengan tema “Membangun Pondasi Dasar Karakter Pemuda Desa Indonesia” yang berlangsung secara virtual, Sabtu (16/5/2020) sore.

Inspirasi untuk membangun desa dapat diperoleh dari berbagai media informasi, baik televisi dan radio, maupun dari berbagai platform media baru yang dapat diakses melalui internet. Inspirasi ini penting agar dapat mengemas potensi dan komoditas desa dalam bentuk publikasi yang menarik. 

“Menurut data Nielsen, televisi masih menjadi sumber informasi yang paling banyak diakses masyarakat, yaitu sebanyak 97%. Berikutnya adalah internet dengan 77%. Bahkan, survei dari katadata menempatkan milenial masih banyak yang memperoleh informasi dari TV. Artinya TV masih memegang tempat tertinggi sebagai sumber informasi,” kata Hardly. Berbagai program siaran di televisi bisa menjadi sumber inspirasi bagi pemuda desa, diantaranya berita dan wisata budaya.

Selain untuk mendapatkan informasi, pemuda desa juga harus mampu menggunakan media untuk melakukan publikasi tentang berbagai dinamika yang terjadi di desa. Kemampuan lain yang tak kalah penting sekaligus bisa mendukung upaya pembangunan desa adalah dengan mengembangkan jurnalisme warga desa. Menurut Hardly, keberadaan pemuda sebagai jurnalis desa dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi akan menjadi alat kontrol sosial sekaligus sebagai sumber cerita yang dapat menginspirasi (inspiring story

“Saya dorong teman-teman dan juga aktivis untuk mewujudkan hal ini dengan memanfaatkan berbagai platform yang ada di media baru. Beberapa isu yang muncul bisa dibuat semacam liputan dan talkshow. Agar bisa viral, sebaiknya dibuat dalam bentuk audio visual. Upaya ini juga bagian dari promosi atas pembangunan dan keberhasilan yang sudah dilakukan desa,” pinta Hardly kepada peserta yang sebagian besar merupakan pemuda desa dari sejumlah daerah di tanah air.

Hardly juga mendorong pemuda desa membentuk media lewat kanal online seperti youtube untuk menyalurkan informasi dan jadi ruang publikasi tentang desa. “Kami mengusulkan ada sebuah pelatihan jurnalistik bagi teman-teman di desa. Bagaimana membuat disain dan konsep materi berita, maupun  berbagai konten yang menarik. Para praktisi media dapat diminta untuk menjadi narasumber dalam pelatihan konten kreatif. Sehingga pemuda desa memiliki kemampuan untuk mempublikasi berbagai isu dan permasalahan terkait pembangunan desa, serta mempromosikan berbagai komoditas desa melalui konten yang menarik,” usul Komisioner bidang Kelembagaan ini. 

Usulan Hardly membentuk media dan pemuda menjadi jurnalis desa didukung oleh narasumber lainnya, Ika Ningtyas. Menurutnya, keberadaan media dan jurnalis desa menjadi satu cara untuk mengumpulkan narasi soal desa. Selain bisa merubah stigma soal desa. “Saat ini, narasi-narasi kebencian dan intoleran muncul lagi. Jadi saatnya sekarang mengumpulkan narasi positif yang bisa meng-counter itu semua supaya kita tidak kehilangan idetitas kita tentang keberagaman,” ujar jurnalis muda ini.

Di akhir diskusi, Hardly mengajak pemuda desa untuk membangun peradaban digital yang baik di tengah perkembangan multi platform media melalui internet dengan menjadi pembuat, penerima dan penyebar informasi yang bertanggung jawab.

“Kuncinya adalah saring sebelum sharing. Dalam konteks penyiaran, saya mengajak seluruh peserta diskusi untuk menjadi bagian dari gerakan literasi sejuta pemirsa dan kampanye bicara siaran baik. Jika menemukan  program siaran yang buruk dan dinilai melanggar norma, dapat segera dilaporkan pada KPI. Selain melaporkan yang buruk, saya mengajak teman-teman semua untuk menviralkan tayangan yang baik, berkualitas dan memberi inspirasi positif. Sehingga dapat membentuk habitat penyiaran yang memungkinkan semakin berkembangnya konten berkualitas,” pungkas Hardly. ***