Mataram - Dalam era teknologi konvergensi media saat ini, tentu sulit bagi siapa saja untuk menghindari pengaruh media. Tak kurang 24 jam, beragam bentuk dan jenis media diakses dan mempengaruhi perilaku dan gaya hidup setiap orang. Maka melakukan filterasi atau menyaring, memilih dan memilah segala bentuk isi media merupakan pilihan tepat bagi siapa saja khususnya kalangan pelajar sebagai bagian dari generasi milenia yang identik dengan sebutan generasi  zaman now.  

Demikian diungkapkan Sukri Aruman, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) NTB dalam paparanya selaku narasumber dalam  Pelatihan dan Seminar Dakwah Kiat dan Strategi Pelajar Menghadapi Konten Berbahaya Media Sosial, diselenggarakan IPNU Kota Mataram, Rabu (31/1).

Menurut Sukri, dari berbagai saluran media yang ada, televisi dan internet online  merupakan dua media paling populer di Indonesia. "Suka tidak suka televisi masih jadi pilihan utama masyarakat Indonesia dalam mencari sumber informasi dan hiburan," ungkapnya.

Dijelaskan Sukri, tidak kurang dari 60% pemirsa televisi merupakan kaum produktif termasuk kalangan pelajar yang digolongkan sebagai addicted group, kelompok yang mudah kecanduan. "Kita tidak ingin generasi muda kita menjadi generasi kecanduan media yang sangat berbahaya ketimbang kecanduan yang lain," tegasnya.

Pada kesempatan itu dipaparkan pula bagaimana sepak terjang lembaga negara independen bernama Komisi Penyiaran Indonesia dalam melindungi masyarakat dari pengaruh negatif siaran radio dan tayangan TV. "Jangan ragu-ragu melaporkan siaran radio dan TV lokal di NTB kalau ada acara-acaranya yang meresahkan dan bikin adik-adik tidak nyaman," harapnya dan mengajak peserta untuk pandai memilih tayangan TV yang sesuai kebutuhan. "Kasih tahu orang tua di rumah agar mendampingi adik-adik kita menonton TV. Dan matikan TV kalau lagi belajar," ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Abel Syamsul Hakim, Kepala Bidang IKP Dinas Kominfotik NTB yang memaparkan materi seputar internet sehat bagi pelajar dan melawan hoax. "Jangan mudah percaya informasi yang dibagikan teman-temannya apalagi menyangkut kabar bohong atau hoak. Kita wajib tabbayun, tidak boleh percaya begitu saja, kecuali jelas sumbernya," terang Abel.

Diungkapkan, pemerintah saat ini terus berupaya melakukan serangkaian langkah taktis mengurangi dampak buruk penggunaan media sosial. "Namun yang terpenting dari semua itu, sikap mawas diri dan hati-hati pengguna media sosial. Ceroboh memanfaatkan media sosial, bisa fatal akibatnya karena bisa dipidanakan sesuai aturan yang ada," imbuhnya.

Kegiatan Seminar Dakwah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Kota Mataram itu sendiri dilaksanakan dalam rangka peringatan hari lahir Nahdlatul Ulama ke 92 tahun 2018, diikuti sedikitnya 60 peserta dari berbagai sekolah atau madrasah se-Kota Mataram. Red dari KPID NTB

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.